Kamis, 20 Maret 2014

Kuis GA Novel The Dream In Taipei City

Ayo Simak Kuis GA di bawah ini : 


Salam teman-teman… bersamaan dengan terbitnya debut novel solo saya yang ke 6, kali ini saya mau mengadakan kuis GA yang disponsori oleh Penerbit Indiva Media Kreasi dan Sahabat baik saya Mbak Rantau Anggun. Karena novel saya berjudul The Dream In Taipei City, maka kuis GA kali ini tentu berhubungan dengan mimpi.
                Semua orang tentu memmpunyi mimpi, mimpi yang besar maupun mimpi-mimpi kecil. Dalam artian mimpi merupakan suatu keinginan atau cita-cita yang sangat diinginkan. Nah, pasti dalam pencapaian mimpi itu akan ada aral yang menghalangi usaha seseorang. Ada orang yang akhirnya gagal karena lebih memilih untuk menyerah. Banyak juga yang berhasil meraih mimpi karena usaha yang tidak pernah berhenti. Akan ada kemudahan di balik segala kesulitan. Orang yang berhasil akan percaya hal itu. Bahwa Tuhan tidak akan tinggal diam. Naah, jadi kamu termasuk orang yang seperti apa?
                Kalau kamu adalah orang-orang yang tidak mudah menyerah dalam berusaha, ayoo…ikutan GA dengan syarat di bawah ini :

Follow akun twitter atau FB @mellshaliha / Mell Shaliha, @penerbitindiva, @RantauAnggun / Rantau Anggun,  juga dianjurkan untuk join blog ini www.mellswritingzone.blogspot.com
Bagikan info tentang kuis ini di dinding FB atau timeline twittermu dengan menyertakan link ( http://www.mellswritingzone.blogspot.com/2014/03/kuis-gift-away-novel-dream-in-taipei.html ) info lomba dari blog ini, jangan lupa mention @mellshaliha, @RantauAnggun dan @penerbitindiva.
1  Tuliskan satu paragraph saja catatan tentang mimpi kamu dengan memilih salah satu genre ini : mimpi romantis, serius/mengharukan atau sampaikan dengan selucu mungkin  di blog atau catatan facebook kamu, lalu cantumkan link-nya di kolom komentar di bawah ini dengan menyertakan nama akun twitter dan FB kamu.
2  Masing-masing peserta hanya boleh mengirimkan satu bentuk tulisan dengan hanya memilih satu genre di atas.
3  Tulisan tidak harus yang muluk-muluk, namun sederhana dan Jangan lupa gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4  Sertakan juga cover novel The Dream in Taipei City dan alasanmu menginginkan novel ini. Agar lebih jelas gambarannya, kamu bisa baca terlebih dulu behind the scene novel TDITC atau sinopsisnya disini.
5  Periode kuis adalah dari tanggal (20 sampai 30 Maret 2014) dan insyaAllah pengumuman tanggal 02 April 2014.
6  3 (tiga) orang pemenang.akan mendapatkan masing-masing 1 (satu) buah novel The Dream in Taipei City by Penerbit Indiva Media Kreasi dan pemenang pertama di tambah Pulsa 20.000 dari Mbak Anggun dan saya, Pemenang 2 pulsa 10.000 dan pemenang 3 pulsa 5000.
    # Peserta kuis boleh dari dalam dan luar negeri, asalkan mempunyai alamat domisili Indonesia juga no. HP Indonesia yang bisa di hubungi.

    Oke teman-teman, jangan lupa yaa… pastikan mimpimu menarik dan menggugah agar orang lain tersemangati dengan apa yang kamu impikan.
     
Ditunggu yaa…   Selamat mengikuti…  :)

Salam hangat,

Mell Shaliha.

Rabu, 19 Maret 2014

Behind The Scene- Proses Penulisan Nove TDITC

Novel The Dream in Taipei City di balik layar :)

                Hai temans… makasih sudah bersedia mengunjungi blog saya.  Seperti sebelumnya, dalam setiap karya tentu selalu ada hal paling penting yang tidak bisa dilupakan, yaitu proses di balik layar yang penuh dengan warna warni  dan suka dukanya. Kali ini saya ingin sekedar berbagi kiat dan proses kepenulisan novel terbaru saya nih yang berjudul The Dream In Taipei City.
                Mungkin bisa dibilang novel saya kebanyakkan bersetting luar negeri, karena dari kelima novel solo yang saya tulis, hanya satu yang settingnya dalam negeri. Bukan apa-apa, bukan pamer (tidak ada yg bs saya pamerkan) dan bukan berniat ingin meneggelamkan kultur serta setting lokal yang tentu saja sangat bervariasi. Bukan dengan maksud itu, melainkan karena saya menulis selalu berawal dari mood. Bukankah sebuah awalan itu penting? Jadi, Jika mood saya dengan setting dan tokoh luar sudah  klop banget, saya langsung tulis saja. Jadi memang saya belum menjadi penulis professional sehingga semua tergantung dari keinginan saya pribadi. Tema apa yang ingin saya ulas saat itu, maka saya langsung menuliskannya.
                Namun, di sisi lain, saya juga ingin selalu menjadikan nama Indonesia dikenal dengan baik. Sifat dan perilaku tokoh lokal  yang berbeda dengan tokoh luar tentu saja itu menjadi pembanding yang sangat mencolok. Dan entah kenapa, selalu saja mucul pemikiran bahwa orang Indonesia tidak akan pernah kalah dengan orang asing. Bahkan di sisi yang pernah saya kupas di novel saya sebelumnya, saya ingin menunjukkan bahwa orang Indonesia justru bisa dijadikan contoh dalam bergaul. Mempunyai pandangan luas, bisa berkomunikasi dengan baik, bisa menyetarakan perbedaan dan tentu saja menjadi seseorang yang menonjol dalam urusan agama. Itulah beberapa alasan saya selalu memasukkan tokoh2 asing ke dalam crita.
                Nah, begitu juga dalam novel The Dream In Taipei City. Bahwa orang Indonesia yang selalu dicap lebih rendah dibanding orang2 dari negara maju yang lain justru menjadi maskot di negara asing. Seperti tokoh Ella. Dia mempunyai karakter yang polos, ceria dan sangat menyukai persahabatan. Sehingga banyak orang yang peduli padanya. Kepolosan dan ketulusan yang dia tanamkan dalam pergaulan di kampus yang baru saja ia jumpai maupun dalam keluarga, terutama hubungan dengan Ayahnya, menjadi peluangnya untuk maju. Pada saat ia mengalami kesulitanpun teman-temannya tak segan membantu, itulah sosok orang Indonesia yang ingin saya tonjolkan dalam cerita ini.
                Simpati dari teman dan seorang dosen tampan berhasil membantu Ella keluar dari kesulian, termasuk saat ia mengikuti ujian masuk di Nasional Taiwan University. Tokoh-tokoh lain merupakan hasil imajinasi saat saya menyukai karakter orang –orang di sekitar saya. Mereka membuat saya terinspirasi, oh… ternyata kehidupan mahasiswa seperti itu, kurang lebihnya saya tuangkan dalam tokoh Ella dan kawan-kawan.
Meida Sefira imprint Ella Tan
                Tokoh utama, Ella Tan adalah hasil olahan inspirasi dari tokoh Paquita, yaitu tokoh utama dalam novel remaja Come To Me Paquita (Syamiil 2006) yang penulisnya tak lain merupakan senior dan salah satu penulis novel remaja favoritku sejak SMA dulu, Mbak Leyla Imtichanah. *novel itu saya baca sekitar tahun 2007 saat saya masih merantau*. Saya mengambil sedikit sifat ceroboh Paquita dan menempelkanya pada sosok Ella yang dalam bayangan saya wajahnya artis muslimah Indonesia Meida SefiraJ. Meskipun alim Meida tampak ramah/mudah bergaul dan ceria.
Tiga tokoh lain merupakan hasil inspirasi dari kebiasaan saya nonton drama Korea dan Taiwan, tokoh-tokoh itu yang saya anggap pas dan saya merasa dekat dengan mereka. Ya-perasaan dekat sekali dengan tokoh dalam imajinasi saya sangat membantu saya menemukan ‘feel’ yang tepat saat proses penulisan. Di saat menulis, menurut saya sangat penting bagi saya untuk mencari ‘feel’ dari tokoh dan karakternya. Juga mood tentu saja. Saya masih bergantung ‘feel’ dan ‘mood’ dan kedua rasa ini  harus ada pada saat saya menulis.
Fero - imprint Adrian
Kang Min Hyuk -imprint Kim Hae Yo
Berikut ini beberapa tokoh artis yang menginspirasi saya. Kang Min Hyuk sebagai Kim Hae Yo karena saya suka gayanya yang unik dan apa adanya. Fero- artis Indonesia yang wajahnya cocok untuk nama Adrian. Wu Chun sebagai Marcell Yo yang merupakan actor Taiwan dan merupakan personil boyband fav saya dulu, sifatnya yang dewasa dan ramah merupakan alasan kenapa saya mengambilnya sebagai imprint hihi J , kemudian Miss Wang merupakan artis Taiwan bernama asli Ivy Chen. Begitulah bocoran cara menulis saya temans. Kadang saya menggunakan gambar mereka untuk melukiskan sifat yang ingin saya ceritakan dalam novel.

Ivy Chen- imprint Lily Wang
Wu Chun - imprint Marcell Yo





Proses Jatuh Bangun.

Dalam penulisan novel ini, membutuhkan waktu sekitar dua bulan lebih termasuk untuk editing. Pada awalnya novel ini akan saya ikutkan dalam lomba novel islami di salah satu penerbit nasional, sayang setelah penantian selama empat bulan tanpa keterangan, novel ini pun tidak masuk dalam 3 juara. Sedih… iya, sedih banget, tapi bukan berarti saya harus mundur.  Saya baca ulang lagi keseluruhan ceritanya. Ada beberapa cerita yang kemudian saya revisi, tidak banyak, namun setelah saya baca ulang saya merasa perubahan sedikit akan lebih baik. Dan tepat setelah lima bulan teratung-katung, saya memutuskan mengirimkan kembali ke salah satu penerbit yang selama ini buku-bukunya mengisi koleksi di rak saya.
Awalnya saya sempat ragu. Sangat ragu, karena semua penulis senior yang saya tahu penerbit itulah yang menerbitkan buku-buku mereka. Dan keraguan itupun saya tepis, kalau jodoh tidak akan salah, pikir saya. Saya mulai dari membuka blognya dan mengirimkan via blog dengan mengisi format. Sekitar 1 minggu belum ada konfirmasi. Ahh…rasanya nggak sabar…banget. Kemudian saya lempar lagi melalui email yang saya dapat dari buku senior saya itu. Dan… dengan sujud syukur saya bersimpuh atas diterimanya novel saya di penrbit itu.
Melalui Email… novel saya dijawab dengan sangat baik dan Alhamdulillah proses berlanjut hingga novel ini benar-benar terbit tanpa revisi lagi. Penerbit itu adalah penerbit Indiva Media Kreasi. Sudah lama saya memimpikan untuk menjadi bagian dari penulis di penerbit ini dan meski saya masih bukan apa-apa, akhirnya saya bisa diterima.
Tepat di tanggal 20 feb 2014, novel saya terbit. Dan perjuangan saya belum berakhir. Karena saya masih harus terus berdoa agar novel saya bisa diterima pembaca. Bermanfaat dan bisa menghibur, syukur bisa menginspirasi orang lain, amin. 
Terakhir… saya mengucapkan terima kasih untuk penerbit Indiva dan seluruh Kru, juga editor dan mimin. Terima kasih atas kesempatan dan perhatiannya.
Saya juga berharap teman-teman tidak menyerah. Menulis memang tidak mudah, apalagi mencari jodoh penerbit, semua butuh perjuangan keras, kesabaran, keikhlasan dan doa yang tidak pernah berhenti.
Penulis itu perjuangannya tidak akan pernah usai, jadi jangan berhenti di sini.
Semoga sharing saya yang sebagai penulis pemula ini bisa bermanfaat buat teman-teman. Banyak cara lain untuk menumbuhkan imajinasi. Dan bisa atau tidaknya kita mewujudkan sebuah mimpi, itu tergantung usaha kita. Jangan lupa juga, bahwa kita masih membutuhka orang lain. Semangat !!!!





Selamat berkarya :)
Mell Shaliha.



                

Review The Dream In Taipei City by Sarah Amijaya

Oleh Sarah Amijaya - Goodread post



Indonesia, sebuah negeri yang terkenal dengan budaya ketimurannya. Betapa penduduknya ramah tamah, saling bergotong royong dengan rasa kekeluargaan yang begitu kental.

Indonesia, sebuah negeri dengan multikultural, namun memiliki rasa persatuan yang kuat.

Namun, tatkala kemerdekaan berpuluh tahun berlalu, semua budaya ketimuran dan rasa persatuan bangsa berlahan mulai tergerus.

The Dream In Taipei City dengan sangat apik menghadirkan kembali rasa kebangsaan yang kuat dan kekeluargaan yang kental pemuda pemudi Indonesia melalui jalinan kisah persahabatan Ella Tan, dan mahasiswa-mahasiwa Indonesia lainnya tatkala bersama-sama menimba ilmu di belantara kampus asing di negeri serumpun China, Taiwan.

Pada Ella Tan, kisah ini berpusat. Pada awalnya ia berada di Taiwan demi kesepakatan orang tuanya yang telah bercerai. Dengan ayah yang sangat pendiam, serta ibu dan saudara tiri yang kejam, Ella benar-benar merasa sendirian di Negara asing tersebut. Namun, semua berubah ketika ia bertemu dengan Adrian, seniornya dikampus yang ternyata juga saudara sebangsa dengannya. Adrianlah yang akhirnya memperkenalkannya dengan sekumpulan mahasiswa Indonesia lainnya yang dengan cepat tidak hanya menjadi sahabat dekatnya tapi mereka semua selayaknya saudara, tak peduli dengan beragam perbedaan suku, ataupun keyakinan yang mereka anut. Kebangsaan yang sama telah menyatukan mereka begitu saja, tanpa syarat lainnya.

“Santai….kita, kan sesama orang Indonesia” (hal 17)

Setelah beberapa jam mengobrol dengan teman-teman Adrian yang saat itu sudah menjadi teman Ella juga, Ella merasa mereka sangat ramah dan memanusiakannya… (hal 51)

Pada Ella Tan, tergambar pula sosok wanita muslimah yang polos, namun tetap memegang teguh nilai-nilai yang diyakininya. Dengan segala kepolosan dan keyakinannya yang tak biasa di tengah belantara budaya asing Ella Tan tetap membaur dan tidak “mengeksklusifkan” dirinya. Selain dekat dengan kawan-kawan Indonesianya, ia bergaul aktif dengan rekan-rekan sesama muslimah dari berbagai Negara. Bahkan, ia juga berkawan dekat dengan Kim Hae Yo, seorang pemuda energik berkebangsaan korea. Sekaligus dekat dengan seorang dosen muda yang sebenarnya juga sangat dikaguminya, Marcel Yo.

…dia merasa tidak pernah bertemu dengan mahasiswi muslim yang bergaul dengan semua orang. Tapi, sejak kedatangan Ella yang pertama kali, gadis itu terlihat tidak segan untuk berbicara dan bersosialisasi…(hal 181)

Kisah ini tidak bergerak jauh-jauh. Hampir ¾ isi buku ini berkutat seputar Ella dan kampus barunya. Maka settingnya pun tak jauh-jauh dari seputaran universitas NTU dan aktivitas di dalamnya. Pun demikian, tak sedetikpun pembaca akan merasa bosan, sebaliknya pembaca seolah terseret dengan semangat dan kecerian Ella dan kawan-kawannya dalam meraih impian.

Mereka, para penuntut ilmu yang benar-benar berjuang untuk masa depan mereka. Karena kesempatan kuliah itu bukanlah didukung dengan kondisi finansial yang mapan melainkan melalui jalur beasiswa, hingga mereka pun rela bekerja part time di sela-sela kesibukan kuliah. Sungguh kontras dengan realitas nyata dimana pemuda pemudi yang beruntung dengan dukungan finansial full dari orang tua mereka justru terkadang lalai dan hanya menghambur-hamburkan uang.

“…kalau kamu ke sini atas dasar terpaksa, lebih baik kamu pulang. NTU akan mengeluarkan mahasiswa yang IP-nya kurang dari2,5. Kau jangan membuang uang jika tidak mau menyakiti hati kami semua.”

“…Kuliah ini merupakan salah satu upaya mencapai cita-citaku. Bisa mendapatkan beasiswa untuk belajar di luar negeri merupakan suatu anugerah terbesar buatku. Maka, aku berjanji harus berhasil lulus ujian masuk dan melanjutkan kuliahku dengan serius,” (hal 54-55)

Ditengah keceriaan kehidupan kampus, kisah ini diselipi pula hubungan Ella dan ayah kandung yang baru saja dikenalnya. Ella yang pada awalnya merasa ditinggalkan dan tak berarti, akhirnya merasakan kasih sayang ayah yang sebenarnya tetap mencintainya. Bagaimanapun dinginnya sikap seorang ayah, di hatinya ia tetap mencintai darah dagingnya dengan caranya sendiri.

Air ata Ella justru pecah begitu tiba dan melihat apartemennya yang sudah rapi dan sangat lengkap dengan perabot. Padahal, dalam pikirannya masih ribet memikirkan bagaimana agar dia mempunyai peralatan masak sendiri dan peralatan makan.

Saat itu, Ella sadar betapa papanya sangat peduli dan mengerti akan kebutuhannya tanpa ia minta. (hal 163)

Jika novel ini terasa kurang, mungkin bagian inilah yang masih mengganjal. Tak ada kejelasan dan porsi yang cukup untuk menjawab penasaran pembaca tentang kelanjutan perasaan sebenarnya Papa Ella terhadap ibu kandung Ella.

Jalinan persahabatan Ella dan Kim Hae Yo juga menyisakan kesan tersendiri. Mereka yang berikrar selamanya menjadi sahabat baik. Saling mendukung, saling menyemangati, dan saling menjaga. Ella yang mengagumi dosen Yo, dan Hae Yo yang mengagumi Miss wang, kekasih Dosen Yo. 


Persahabatan mereka yang manis harus terpisah tiba-tiba saat Hae Yo terpaksa pulang ke Korea karena urusan keluarga yang mendesak. Rentang perpisahan itulah yang mengajari mereka arti satu sama lain. Disini pula termaktub dengan jelas bahwa contoh teladan itu justru berhikmah lebih baik ketimbang rentetetan panjang nasihat yang dikeluarkan hingga berbusa-busa.

Terima kasih atas kebiasaan-kebiasaanmu yang kau perkenalkan padaku. Terutama kebiasaanmu, menjalankan ibadah, menyembah Tuhanmu. Dari situ aku berpikir bahwa peran Tuhan sangat penting dalam kehidupan kita…(hal 278)

Secara keseluruhan, The Dream in Taipei city menghadirkan jalinan kisah persahabatan multi kultural yang manis. Kehangatan kasih sayang orang tua dan anak. Juga romansa hati yang bening hingga sanggup menggetarkan jiwa.

“Biarkan cinta kita tetap tersembunyi, dan hanya Tuhan yang berhak menentukan bagaimana aku dan kamu…” (hal 358)

Di tengah riuh tawa dan semangat pemuda-pemudi di NTU, kisah menginspirasi ini tercipta. Seharusnya beginilah para generasi muda. Tumbuh dengan segala keceriaan dan kerja keras yang melahirkan pengalaman dan berujung pada pembentukan karakter pemimpin ke depannya.

Sebuah buku yang layak baca, hingga 360 halaman pun terasa kurang untuk dinikmati.

Selamat Membaca:)

Rabu, 05 Maret 2014

New Release Novel Terbaruku- The Dream in Taipei City

>>The Dream in Taipei City <<

SINOPSIS

"Ella Tan, gadis blasteran Jawa-Taiwan itu kini harus berpisah dengan ibunya di surabaya untuk tinggal bersama ayahnya di Taipei. Demi kesepakatan kedua orangtuanya paska perceraian, bahwa di usia 17 thn, Ella harus tinggal bersama sang ayah di negeri serumpun cina itu.
Hidup bersama sang ayah yang sangat pendiam, ibu & saudara tiri yang tidak menyukainya, membuat Ella merasa asing dan menderita. 
      Namun ia mendapatkan keceriaan baru setelah masuk di Universitas Nasional Taiwan- NTU. Ia bertemu dengan teman-teman dariberbagai negara yang ternyata sangat ramah terhadapnya. ella pun mudah berkomunikasi dengan semua teman barunya.
Hatinya yang polos tiba-tiba merasakan debaran cinta pada seorang dosen muda bernama Marcell Yo. Meski begitu, gayung tak bersambut. Sang dosen ternyata telah memiliki tambatan hatii. Sosok yg jauh lebih sempurna,bernama  Lily Wang - salah satu seior di fakultas seni musik tradisional. 
      Di saat yang sama kemunculan sahabat baru Ella, Kim Hae yo, pemuda asal Korea yang menganggap Ella sebagai sahabat baiknya, rupanya mempunyai rasa yang sama terhadap Ms Wang. Dan berbagai konflik batin pun terjadi. Ella merasa ada yang salah dengan dirinya. tiba-tiba saja ia merasa terganggu dengan kedekatan Hae Yo dan Lily Wang. Namun Ella tidak yakin akan perasaan yang menyulitkannya itu.
        Keresahan demi keresahan membuat Ella sedikit tidak fokus terhadap kuliahnya. Bahkan kepergian Hae Yo yang begitu mendadak membuatnya seperti kehilangan seseorang yang sebenarnya sangat berharga. Ella baru menyadari bahwa Hae Yo bukanlah sahabat biasa baginya. Dan kepergiannya yang tak pernah memberi kabar, membuat Ella hidup dalam kehampaan dan penyesalan.
        Ella masih berharap Hae Yo akan kembali  Taipei dan meraih mimpi bersamanya. Namun,apakah harapan Ella itu akan menjadi kenyataan atau dia benar-benar harus merelakan kepergian Hae Yo?
Akankah Sang dosen akhirnya mengetahui perasaan Ella dan membalas perasaan itu selepas kepergian Hae Yo yang disangkanya sedang berpacaran dengan Ella?"

Lanjutan kisah manisnya bisa kalian bc di novel ini....

Judul : The Dream in Taipei City
Penulis : Mell Shaliha
Penyunting Bahasa :Mastris Radyamas
Penerbit : Indiva Media Kreasi
ISBN : 978-602-1614-16-7
Tebal: 360 hal
Harga : Rp55.000,00

Bisa order ke inbox Fb Mell Shaliha aau Twitter @mellshaliha yaa...