Kamis, 16 Januari 2014

Novel First Time In Beijing - Riawani Elyta *Genre Kesukaanku

Bukan Resensi, hanya Komentar Bebas:)
      Haii... temans, sudah lama sebenarnya saya ingin menulis note tentang salah satu novel yang saya suka. Tapi karena kendala lepi yang masih ngadat, terpaksa tertunda. ini bukan resensi yaa, hanya komentar bebas, karena saya suka dengan genre novel seperti ini.
Judulnya First Time In Beijing karya mbak Riawani Elyta.
FTB menarik dari kaca mata saya karena :
1. Setting yang memikat. Budaya China yang kental dengan paduan kuliner khas terbayang sangat nyata meskipun saya belum pernah ke China. Namun saya pernah hidup dengan orang Cina, dan penulis mampu mendekati gaya hidup dan budaya Cina dengan baik. Penulis juga bisa menyampaikan dengan detail dan tidak terlihat sedang meraba atau menduga-duga.
2. Konflik batin yang kuat antara Lisa- Daniel dan tokoh-tokoh lain mampu membius pikiran saya untuk masuk ke dalam emosi masing-masing tokoh. Saya tidak berusaha mendalami karakter tokoh, hanya saja peran masing2 tkoh terasa sangat mudah menggugah emosi.
3. Paduan bahasa Mandarin dalam ungkapan juga merupakan daya tarik untuk pembaca yang menyukai genre asing seperti ini. Kosa kata yang tentu saja jarang dijumpai dalam novel-novel nasional, hal ini menambah wawasan saya. Meskipun ada beberapa kosa kata yang artinya sama namun penulisannya berbeda atau sebaliknya, kosa kata yang artinya sama, namun penulisannya berbeda dalam paragraf berikutnya. Mungkin bukan kesaahan penulis, karena menurut bunyi dari bahasa Indonesia, kedengarannya sama.
4. Jalan cerita yang panjang namun tidak memmbosankan. Menurut saya karena setiap bagian terdapat hal-hal penting yang tidak bisa terlepas dari inti cerita. Dan alur yang tak bisa ditebak membuat saya harus teliti membaca bagian demi bagian hingga akhir. Ketika membaca sampai chapter 28, saya masih belum mampu menebak akhir dari cerita dan apa yang akan diaam tokoh Lisa dan Daniel, juga Yu Shi Wen yang terobsesi. Juga tetang penyakit sang Ayah, seua tebakan saya salah sampai di titik tersebut.
Sampai chapter itu, saya pikir masih ada chapter selanjutnya karena dalam benak saya masih penuh dengan tebakan-tebakan dan pertanyaan akan kisah masing-masing tokoh dan penyelesaian konflik, tapi saya salah lagi. Cerita ini berakhir dengan epilog. Namun sekali lagi, penulis menghadirkan ending dan penyelesaian konflik pada epilog. sehingga saya lemas, karena masih berharap kedetilan cerita dari kesemua tokoh, meskipun tetap bisa terwakili dengan akhir cerita seperti pada epilog.
5. Ada satu kejanggalan yang perlu saya ungkapkan juga mengenai kebiasaan khas orang China. Tapi ini juga bukan kesalahan fatal atau belum bisa disebut sebagai kesalahan, karena bisa juga terjadi dilingkungan orang-orang Cina tertentu. Pada saat acara Lunar New Year di acara makan malam bersama keluarga Ayah Lisa.tepatnya di halaman 298-299.
"Ayah mengangguk-angguk. Mulai membuka piringnya diikuti yang lainnya." petikan kalimat ini ada di paragraf ke tiga *kalau tidak salah hitung. Bukan masalah besar memang, tapi daripada menggunakan alat makan piring, saya lebih setuju dengan menggunakan mangkuk dalam situasi seperti ini. Karena sebagian besar orang Cina menggunakan mangkuk untuk nasi maupun sup. Piring biasanya digunakan hanya untuk piring saji/ menyajikan hidangan. Kecuali di restaurant ala modern, mungkin menggunakan piring terlihat biasa. Namun di paragraf selanjutnya, masih di halaman yang sama, saya lebih memilih yang ini ::: "Ayah menyendok mi ke dalam mangkuknya." Mungkin ini terlihat sederhana dan tidak perlu dibesar-besaarkan, hanya saja sedikit mengurangi kedetailan dari budaya khas cina.
Dan saya menemukan lagi, kata piring kembali disebut di halaman 299, baris pertama,  "Semua tengah sibuk dengan piring masing-masing."
Sekali lagi mungkin itu bukan masalah besar, namun jika benar-benar dipahami, pada narasi dari bab ke bab yg mendetail, hal ini menurut saya sedikit mempengaruhi kebiasaan orang Cina.
        Kesimpulan akhir, saya sangat menyukai cerita dengan genre seperti FTB. Tentang setting baru, budaya asing yang jarang dijumpai pada novel-novel nasional. Mungkin sudah ada beberapa novel dengan genre serupa , namun tidak banyak kita jumpai alias jarang :)
Pesan moral yang saya petik dan sangat kuat adalah :
- Bagaimana belajar memahami karakter orang asing yg belum pernah kita jumpai. Bagaimana belajar beradaptasi dan melatih kesabaran menghadapi watak yang berbeda dan budaya asing yang ternyata bisa kita jumpai kapan saja.
- Kesabaran dan kepatuhan tokoh Lisa terhadap Ayahnya yang keras dan menghadapi keluarga sang ayah dan saudara-saudara tirinya, dengan tekad dan kesabaran, akhirnya tokoh bs bersatu dengan keluarga tirinya.

Begitulah kiranya, karena ini bukan iklan,saya tdak bisa membocorkan isi cerita di sini:) saya hanya ingin berpesan pada teman-teman bahwa,bila kalian menemukan buku ini di rak toko buku, jangan melewatkannya begitu saja. Jangan pula melihat ketebalan buku, melainkan lihat nuansa covernya, karena dari sana kalian bisa membayangkan kehidupan dan budaya seperti apa yang mengisi cerita ini :) mungkin saja kalian belum pernah berkunjung ke Beijing, naah singgahlah segera dengan membaca tuntas novel ini.

Dan untuk mbak Riawani Elyta, mohon maaf bila ada kata2 yg menyinggung atau membuat mbak kurang sreg, juga terima kasih atas pemberian buku ini, sangat bermanfaat untuk saya.

Okelaah... selamat membaca teman-teman :)



Salam
Mells